Monday, April 11, 2011

Renungan gempa di Jepang

Beberapa waktu lalu, kami mendapat info dari ust. Idris tentang cerita dari alumni Nurul Fikri yang saat ini sedang kuliah di Jepang via email. Saat itu belia berada kira kira 200 km dari tsunami dan 300 km dari reaktor . Pada saat itu kebelutan beliau bersama teman temannya yang kebanyakan orang asli Jepang sedang kuliah di kampus yang lokasinya di lantai 9, sehingga akibat gempa hebat yang dirasakan selama 30 detik membuatnya panik. Sesaat gempa terhenti, beliau lari menuju pintu darurat untuk turun. Namun langkahnya terhenti ketika menengok ke belakang tidak ada yang mengikutinya kecuali satu orang temannya orang Indonesia. Apa rahasianya? Singkat cerita, sikap orang Jepang adalah taat pada pimpinan. Ketika belum ada intruksi dari penanggungjawab gedung, maka mereka tetap berada ditempatnya dengan tenang. Sehingga tidak terlihat suasana yang kacau karena pintu darurat lengang, tidak ada desak desakan untuk keluar lebih cepat. Apa mungkin mereka yakin bahwa mereka merasa aman dengan konstruksi gedung yang aman terhadap gempa? Apa mungkin mereka yakin tidak ada gunanya turun rame rame? Selain gedungnya tinggi, perlu waktu untuk turun, bisa jadi ketika dibawah tidak ada jaminan selamat karena antar gedung jarangnya berdekatan, tidak ada lapangan luas seperti di Nurul Fikri.
Yang bisa kita ambil pelajaran, ke-stiqohan kepada pimpinan dan ketenangannya dalam menghadapi kondisi sulit patut kita apresiasi. Kadang kita yang mengaku ummat Rasulullah SAW, masih suka tidak tenang dalam menghadapi masalah. Bukankah terburu buru itu pekerjaan setan? Wullahu 'alam.

No comments:

Post a Comment